Text
Relasi Islam dan negara : perspektif modernis dan fundamentalis
Demokrasi sekuler yang berlaku di negara-negara Barat memang telah memberikan banyak pelajaran berharga, tetapi ada baiknya bila para pendukung demokrasi sekuler Barat...menyisakan sedikit ruang untuk memberikan apresiasi positif atas setiap ikhtiar negara-negara di luar Barat dalam membangun demokrasi yang berbasis pada agama. (Amich Alhumi, Kompas, 9 Juli 1999).
Dalam buku ini, boleh jadi, pembaca dapat menangkap, baik secara normatif maupun historis, bahwa negara Islam dengan berbagai namanya pernah berdiri. Bahkan, di Indonesia, sebelum bangsa Barat menjajah, pemerintahan yang berlandaskan Islam telah bermunculan di berbagai daerah. Di Aceh misalnya, kerajaan Islam telah berdiri dengan menjadikan agama sebagai sendi kehidupan. Karena itu, tidak dipungkiri bahwa daerah ini telah dapat bersanding dengan negara-negara Islam lain di berbagai belahan dunia Islam. Hal serupa juga terjadi di beberapa kerajaan Islam di daerah lain yang menunjukkan bahwa tidak terpisahnya agama dan negara ternyata malah justru mengalami kemajuan yang pesat. Sebaliknya, ketika penjajah Eropa datang, sejak itulah/hubungan agama dan negara digugat dan malah dipisahkan sama sekali.
Buku ini berusaha menunjukkan pemikiran tentang negara dan pemerintahan dari dua figur (Abu al-'Ala al-Maududi dan Mohammad Natsir) yang cukup berpengaruh yang digolongkan kepada modernis dan fundamentalis. Sekaligus juga menunjukkan adanya hubungan erat antara ide dan upaya-upaya praktis kedua tokoh tersebut dengan ajaran normatif al-Qur'an, pemikiran para ulama abad klasik maupun abad tengah, dan juga tradisi empiris sejak masa Nabi hingga masa modern.
Tidak tersedia versi lain