Text
Hikmah dan makna haji
Islam adalah ibadah haji. Bagaimana mungkin, sebuah agama yang mengaku paling monoteis malah mengajarkan sebuah ritual yang sama sekali bertentangan dengan semangat tauhid dan malah memelihara tradisi kaum pagan (penyembah berhala)!
Titik yang paling krusial (sebagai sasaran kritik) tentu saja adalah Kabah (Baitullah) dan batu hitam di salah satu sudutnya (Hajar Aswad). Para jamaah yang datang dari segenap penjuru dunia telah mementaskan sebuah ritus yang telah mendarah-daging pada suku-suku Arab pra-Islam: berkeliling mengitari Kabah sambil sesekali mencium, memeluk, atau melambaikan tangan kepada batu hitam tersebut.
Benar, mengelilingi Kabah (thawaf) tanpa memahami (baca: mendalami) apa yang terkandung di balik perbuatan tersebut tidaklah herbeda sama sekali dengan thawaf yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliah. Dan, mencium Hajar Aswad tanpa pemahaman akan sesuatu di balik perbuatan tersebut adalah serupa dengan tradisi menyembah batu yang dilakukan orang-orang barbar tersebut. Juga, menyembelih kurban, sama dengan gan apa yang dilakukan orang-orang biadab itu!
Ya, ibadah haji mengandungi makna dan rahasia terpendam, yang sulit digali oleh orang-orang biasa, yang tidak pernah meretas jalan spiritual menuju haribaan Ilahi. Meminjam istilah al-Quran, masalah ini tidak akan tersentuh kecuali oleh orang-orang yang disucikan, Lantas, siapakah mereka itu dan apa sebenarnya yang terkandung di balik ritus-ritus tersebut? Sisi-sisi apakah dari ibadah ini yang sesuai dengan nilai-nilai tauhid? Atau, apakah ia memang mengajarkan inti dari semangat tauhid itu sendiri? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang akan dijawab oleh Prof. Jawad Amuli, penulis buku ini, seorang yang dibesarkan dalam madrasah keilmuan dan spiritual, yang melanjutkan tradisi orang- orang yang disucikan.
Tidak tersedia versi lain