Text
Tarekat dalam masyarakat Islam : spiritualitas masyarakat modern
Bibliografi : hlm. 193-204
Penelitian ini berusaha mengungkapkan karakteristik individu dan kelompok pengikut tarekat di perkotaan. Dengan asumsi, ada perbedaan sosiologis antara masyarakat desa dan masyarakat kota, kemudian apakah wujud pengamalan keagamaan tarekat yang dianut para pengikutnya juga menuntut perubahan, baik karena adanya upaya deduksi, reduksi maupun induksi sebagai respon terhadap gejala modernisasi? Atau, jika modernisasi diasumsikan sebagai salah satu dimensi yang melekat pada masyarakat perkotaan, bagaimana pola perilaku keagamaan pengikut TQN, baik pada adaptasi individual dengan lingkungan maupun pada tahap sosialisasi dengan anggota komunitas lainnya.
Fokus kajian ini adalah menjelaskan perilaku keagamaan di kalangan penganut tarekat, dalam konteks modernisasi masyarakat perkotaan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan, antara lain secara akademik, kajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut mengenai hubungan antara modernisasi dan agama, khususnya mengenai perilaku keagamaan para penganut tarekat, dan juga menambah wawasan dalam studi sosiologi, khususnya sosiologi agama dengan mengenalkan dan menawarkan beberapa konsep serta proposisi yang berkenaan dengan masalah hubungan antara agama dan masyarakat.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kebijakan mengenai pola penyiaran agama di perkotaan, kerukunan hidup beragama, pembinaan aliran-aliran keagamaan dan aspek kehidupan keagamaan lainnya dalam meningkatkan ketahanan dan stabilitas sosial.
Dari segi konseptual, dalam kajian ini terdapat dua konsep utama, yaitu agama dan modernisasi. Oleh karena itu, untuk memahami masalah perilaku agama digunakan pendekatan fenomenologis, (18) sedangkan untuk memahami modernisasi dan hubungannya dengan perubahan sosial masyarakat perkotaan digunakan pendekatan struktural fung- sional. Salah satu pendekatan fenomenologis terhadap agama dilakukan oleh Joachim Wach (1984). Menurutnya, masalah komunitas keagamaan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan struktural komunitas para pemeluk ajaran suatu agama. Adapun basis komunitas keagamaannya adalah pertalian dengan realitas mutlak yang direfleksikan dalam pengalaman keagamaan. Realitas mutlak itu sendiri dipahami sebagai kekuasaan transenden yang hidup tidak dapat dipisahkan darinya, bahkan bergantung padanya.
Tidak tersedia versi lain