Text
Kontroversi negara Islam: radikalisme vs moderatisme
Diskursus Islam dan politik tidak pernah padam hingga sekarang. Perdebatan ini mengerucut ke dalam dua kelompok yang saling berhadap- hadapan; kelompok pertama berpegang pada sebuah tesis bahwa Islam tidak bisa dipisahkan dari politik, Islam turun ke dunia dengan membawa misi politik. Konsekuensinya, Islam harus dibakukan ke dalam bentuk sebuah negara, yaitu Negara Islam. Sementara, kelompok kedua berpegang pada tesis yang berbeda; Islam adalah agama, bukan politik. Turunnya Islam ke dunia bukan dalam rangka mendirikan negara, melainkan membangun basis moralitas di tengah masyarakat. Pandangan kelompok kedua ini lebih mendukung keberadaan negara sipil yang didirikan atas dasar kesepakatan dari warga negara, bukan atas dasar agama Islam. Oleh karena itu, Islam secara formal tidak perlu dibakukan sebagai negara.
Sementara itu, terdapat suatu ungkapan yang sedikit majazi, bahwa Tuhan tidak punya negara, dan Tuhan tidak butuh negara. Sebagai makhluk bumi, manusialah yang membutuhkan kehadiran negara. Di bumi ini, kita hidup bernegara dengan cara-cara yang membumi pula, tidak mengkhayalkan suatu "negara langit" dengan sistem politik utopis untuk menyerupai keadaan di masa silam. Apalagi, komponen utamanya mustahil terpenuhi, yaitu adanya sosok Nabi-Rasul, sang pemimpin dunia sejati sepanjang masa.
Pergunakanlah akal sehat dalam memperbincangkan persoalan politik dan negara. Mengalirlah seperti air. Yang terpenting ialah bersatu di samudra, sebab manusia tinggal di negaranya sendiri, bukan negara Tuhan.
Melalui dua tema besar yang diangkat dalam buku ini, Khalil Abdul Karim sudah berhasil menyajikan logika yang konsisten, komprehensif, dan objektif. Khalil menampilkan logika-logika berpikir yang sangat kuat, bahkan tak bisa dibantah oleh musuh-musuhnya. Sebab, apa yang dilakukan Khalil adalah mengikuti alur berpikir yang dicontohkan oleh musuh-musuhnya itu. Dengan kata lain, logika yang digunakan kaum fundamentalis-radikalis menjadi "bumerang" atau "senjata makan tuan" ketika berada di tangan Khalil.
Sejarah telah membuktikan, bahwa radikalisme dan fundamentalisme tidak akan mampu mewujudkan Islam Rahmatan Lil-alamin yang lebih menekankan pada moderatisme, tetapi justru sebaliknya, merusak dan merendahkan derajat Islam dan umat Islam. Dengan membaca secara tuntas buku terjemahan ini, pembaca akan menemukan apa yang semestinya disampaikan kepada dunia tentang hakikat Islam.
Tidak tersedia versi lain