"Maukah engkau menciumku?" "Masyaallah, kenapa?" "Sebab ciuman adalah bukti keberadaan cinta. Kau terpikat kepadaku karena wajah ini, maka dia meminta bibirmu untuk mencium. Jika hati yang membawa cintamu kepadaku, maka engkau pun harus mencium hatiku. Pilih mana?" Itulah petikan percakapan antara iqbal-tokoh utama dalam novel ini-dan Zaenab-gadis yang merupakan perwujudan dari sifat jama…
BUKU ini mengurai rekam-jejak perjalanan hidup dokter-filsuf muslim terkemuka, Ibnu Sina (908–1037), sejak masa kecil di Bukhara hingga ia bersentuhan dengan penguasa, dan hidup dari istana ke istana sebagai dokter pribadi sultan. Sebagaimana harga yang mesti dibayar oleh cendekiawan yang menceburkan diri ke dalam kubangan kekuasaan, Ibnu Sina berhadapan dengan siasat jahat, tipu-daya, dendam…
Membaca Panggung Kenangan membuat kita terasa berselancar ke masa lalu, mengenang segala kenangan yang ada, terutama memori-memori saat kita masih di bangku kuliah. Ungkapan terima kasih untuk guru, kisah-kisah lucu dan penuh perjuangan, dan juga romantisme saat di bangku kuliah adalah tema-tema yang mewarnai Panggung Kenangan. Kenangan bukan sekadar masa lalu yang lantas kita buang begitu sa…
Penyakit itu sungguh asing bagiku. Jangankan mengenalnya, mendengar nama itu sebagai penyakit pun baru aku ketahui ketika istriku tiba-tiba menjadi tidak berdaya dan dipaksa menerima kenyataan bahwa ia harus hidup dengan penyakit Lupus. Kondisinya yang prima dan aktivitasnya yang tinggi dalam berbagai kegiatan dalam waktu singkat menyusut. Waktunya menjadi lebih banyak di rumah sakit dan meja o…
Sejatinya kami tidak terobsesi kalau puisi dan bersastra demim menajamkan otak kanan. Buka karena bercita-cita bawah berpuisi menjadikan kita lebih bijak sebagai insan. Kami meniscayai saja, dan sepatutnya barangkali perlu begitu, bahwa sebagai bangsa otak kanan jangan sampai tidak ditajamkan. Kurang adab rasanya bila sebagi bangsa hanya cerdas berpolitik, berdagang dan berprofesi semata. Men…